Pengertian
Di dalam Agama Buddha dikenal berbagai macam simbol. Simbol-simbol ini melambangkan dan mengingatkan kita akan ajaran-ajaran Sang Buddha, guru agung junjungan kita. Selain sebagai perlambangan atas ajaran-ajaran Sang Buddha, simbol-simbol tersebut juga digunakan untuk merepresentasikan Sang Buddha sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk mengingatkan kita dan sebagai wujud penghormatan umat Buddha, kepada Sang Buddha yang telah mengajarkan Dharma.
1. Buddha Rupang
2. Stupa
3. Roda Dhamma
4. Bunga Teratai
5. Pohon Bodhi
6. Jejak Kaki Buddha
7. Bendera Buddhis
8. Swastika
Buddha Rupang
Sang Buddha adalah seorang manusia yang telah mencapai penerangan sempurna atau telah tercerahkan sepenuhnya. Walaupun Beliau telah meninggal dunia, namun ajaranya masih bermanfaat bagi orang-orang, contoh-contohnya masih menginspirasikan banyak orang dan kata-kata bijaknya juga masih mengubah kehidupan orang banyak. Oleh karena itu, merupakan suatu hal yang wajar bila kita memuja rupang (patung) Sang Buddha, dengan cara menunjukan bentuk penghormatan dan pemujaan atas kekaguman kita pada Sang Buddha. Seperti ketika seorang guru yang masuk ke dalam ruangan dan murid-murid berdiri, ketika kita bertemu dengan orang yang terkemuka dan kita segera menjabat tangannya, ketika lagu kebangsaan dikumandangkan dan kita berdiri memberi hormat. Pemujaan seperti inilah yang dilakukan seorang umat Buddha, yakni dengan melaksanakan ajaran-ajaran Buddha seperti berusaha tidak menyakiti makhluk hidup, menghindari mencuri, melatih kejujuran dengan tidak berbohong, dan lain sebagainya; bukan meminta kekayaan, kesehatan, dan sebagainya yang jelas tidak mungkin karena patung tidak bisa memberi kekayaan atau kesehatan. Rupang Buddha dengan tangan yang diletakkan dengan lembut diatas pangkuannya dan senyuman cinta kasihnya mengingatkan kita untuk berusaha mengembangkan kedamaian dan cinta diantara kita. Ketika kita membungkuk padanya, kita menunjukkan apa yang kita rasakan di dalam diri kita sendiri; yaitu penghargaan pada Sang Buddha atas ajaran yang telah diberikan pada kita.
Contoh Buddharupang Tian Tan di Pulau Lantau, Hong Kong
Stupa
Stupa adalah lambang dari agama Buddha yang berbentuk mangkuk terbalik, dengan bentuk persegi empat dan atau segi delapan (harmika), serta bentuk tongkat di atasnya. Stupa pada Candi Borobudur juga sering disebut berbentuk genta atau lonceng
Di India kuno, bangunan stupa digunakan sebagai makam, tempat menyimpan abu kalangan bangsawan atau tokoh tertentu. Di kalangan Buddhis, stupa menjadi tempat menyimpan relik Buddha sendiri. Setelah wafat lalu dikremasi, sisa pembakaran yang berupa kristal, disebut relik atau sarira disimpan dalam delapan stupa terpisah yang didirikan di India Utara.
Dalam perkembangannya, stupa menjadi lambang Agama Buddha itu sendiri. Semasa pemerintahan Ashoka, dibangun banyak stupa untuk menanandakan kedudukan Agama Buddha sebagai agama utama di India. Demikian pula di Asia Timur dan Asia Tenggara, stupa didirikan sebagai bukti pengakuan terhadap Agama Buddha di wilayah yang bersangkutan. Bagi kita sekarang, stupa dapat menjadi petunjuk seberapa luas Agama Buddha tersebar di suatu wilayah.
Sebagai lambang perjalanan Sang Buddha mencapai pencerahan, bangunan terdiri atas 3 bagian, yaitu andah, yanthra, dan cakra. Pembagian dan maknanya tidak jauh berbeda dengan candi. Bangunan stupa di Indonesia memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan di India maupun di Asia Timur. Di tempat lain banyak bangunan stupa yang berdiri sendiri. Sedangkan di Indonesia, lebih sering dijumpai bangunan stupa yang menjadi bagian candi, seperti Candi Mendut, Candi Borobudur
Contoh Gambar Stupa di candi Borobudur
Roda Dhamma
Roda Dhamma bisa disebut Dharmacakra Dharmacakra (Pali :dhammacakka; arti: "Roda Dharma") adalah salah satu dari Astamangala dari agama-agama India seperti Hinduisme, Jainisme, dan Buddhisme. Dharmacakra melambangkan ajaran kebenaran (dharma) dari Buddha Gautama, jalan yang menuntun kepada Nirvana, sejak zaman Buddhisme awal.Dharmacakra mengajarkan bahwa kebenaran itu seperti lingkaran atau roda dari sebab dan akibat.Artinya, sebab yang satu timbul dari sebab yang lainnya. Dharmacakra disebut juga Catur Arya dan Bhawa Cakra. Ini merupakan ajaran pokok Buddha. Memutarkan roda dharmacaraka berarti memutarkan roda sebab-akibat. Ajaran ini termasuk dalam ajaran pertama Buddha ketika menyebarkan dharmanya. Catur Arya mengandung empat ajaran luhur: Hidup adalah penderitaan, penderitaan berasal dari suatu sebab, sebab penderitaan dapat dimusnahkan, ada jalan untuk melenyapkan sebab-sebab penderitaan. Hukum roda kebenaran ini disebut hukum Pratica Samuppada. Hidup saat ini adalah akibat dari masa lalu. Sementara hidup sekarang ini akan menjadi sebab bagi kehidupan yang akan datang. Munculnya ajaran ini dihubungkan dengan peristiwa pemutaran Roda Dharma yang dilakukan oleh Buddha. Paling tidak 3 kali Buddha memutar Roda Dharma, yaitu ketika ajaran Buddha dijadikan dasar untuk aliran Hinayana, saat ajaran Mahayana mulai dikembangkan, dan sewaktu ajaran Tantrayana mulai disebarluaskan.
Contoh Gambar Roda Dhamma
Bunga Teratai
Bunga teratai telah lama merupakan simbol kesucian bahkan sebelum era Sang Buddha, dan menjadi populer dalam karya seni dan literatur Buddhis. Akarnya tumbuh dalam air berlumpur, tetapi bunganya yang mekar di atas lumpur sangatlah indah dan bersih.
Dalam karya seni Buddhis, bunga teratai yang mekar penuh melambangkan pencerahan, sedangkan kelopak yang belum mekar menandakan waktu sebelum pencerahan. Terkadang, bunganya setengah mekar, dengan bagian tengah yang tersembunyi, menandakan bahwa sedikit lagi pencerahan akan dicapai.
Contoh Gambar Bunga Teratai
Pohon Bodhi
Pohon Bodhi adalah pohon tempat naungan Petapa Gautama ketika Beliau mencapai penerangan sempurna, menjadi Yang Agung Buddha. Saat ini, pohon Bodhi dihormati sebagai pencerminan keagungan dan kebijaksanaan Guru Agung Buddha. Pohon Bodhi ini juga dilambangkan sebagai pohon kehidupan. Menghormat pada pohon Bodhi merupakan salah satu cara untuk menunjukkan rasa penghormatan dan syukur kita, umat Buddha, atas kebijaksanaan dan ajaran yang telah dibabarkan oleh Guru Agung Buddha. Oleh sebab itu Pohon Bodhi mempunyai makna penerangan sempurna. Bodhi artinya penerangan sempurna
Contoh Gambar Pohon BodhiJejek Kaki Buddha
Jejak kaki Guru Agung Buddha ini sangat dihargai di seluruh Negara Buddhis. Secara garis besar, jejak kaki yang sangat skematis ini memperlihatkan seluruh jari kaki yang sama panjang dan terpahat di atas batu. Biasanya, jejak kaki ini memperlihatkan tanda-tanda, baik itu Dharmachakra atau Chakra di tengah telapak kaki, maupun menunjukkan tiga puluh dua (32), seratus delapan (108), atau seratus tiga puluh dua (132) dari tanda-tanda istimewa Guru Agung Buddha. Jejak kaki Guru Agung Buddha ini digunakan sebagai perlambangan atas diri Guru Agung Buddha sebelum perlambangan Guru Agung Buddha dalam bentuk patung manusia (Buddha Rupang) dibuat.
Contoh Gambar Jejak Kaki Buddha
Bendera Buddhis
Bendera Buddhis ada enam warna. Keenam warna itu berasal dari sinar tubuh Buddha saat bermeditasi.
a. Biru berarti bakti
b. Kuning berarti bijaksana
c. Merah berarti cinta kasih
d. Putih berarti suci
e. Jingga berarti semangat
f. Campuran lima warna berarti kegiatan praktik dari makna kelima warna Bendera Buddhis
Contoh Gambar Bendera Buddhis
Swastika
Swastika merupakan symbol kuno yang telah digunakan oleh berbagai budaya untuk melambangkan kehidupan, matahari, kekuasaan, kekuatan dan keberuntungan. Begitu pula dalam tradisi ajaran Agama Buddha, swastika melambangkan hal-hal yang baik dan positif. Selain itu, swastika juga merepresentasikan jejak kaki Guru Agung Buddha (Buddhapada). Swastika kerap kali digunakan sebagai tanda atau icon dalam sebuah teks Buddhis. Di Republik Rakyat Cina dan di Jepang, swastika digambarkan sebagai symbol kemajemukan, kebahagiaan, kesejahteraan dan umur yang panjang. Saat ini, swastika masih digunakan sebagai tanda istimewa pada patung-patung Guru Agung Buddha dan wihara-wihara. Dalam ajaran Agama Buddha aliran Tibet, swastika juga digunakan sebagai dasar dalam pola pakaian.
Contoh Gambar Swastika
Video Pembelajaran Power Point Simbol Agama Buddha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar